Jumat, 13 Januari 2012

Berbagai Kelompok Dalam Masyarakat Multikultural

Pendahuluan


Kelompok merupakan inti dari kehidupan dalam masyarakat (Henslin, 2006, halaman 120).  Hampir setiap aktivitas individu anggota masyarakat dilakukan dalam kelompok. Bahkan, bagi banyak orang, terputusnya hubungan dengan seluruh jaringan kelompok secara total bermakna sama dengan sebuah hukuman mati.  Kita menjadi “diri kita” melalui keanggotaan kita dalam kelompok.  Cara berfikir, cara berperasaan, dan cara bertindak yang akhirnya menjadi identitas kepribadian kita, dibentuk melalui kelompok, atau tepatnya berbagai kelompok di mana kita menjadi anggotanya, atau kelompok yang kita jadikan rujukan.
Klarifikasi Istilah Kelompok
Dalam kajian ini, yang paling pertama kita lakukan adalah mengklarifikasi istilah kelompok. Dalam pengetian sehari-hari (amic view) kita menggunakan istilah kelompok untuk banyak hal yang dalam studi sosiologi belum tentu memenuhi syarat untuk disebut kelompok. Dengan kata lain, dalam konsep sosiologi (ethic view), tidak semua agregasi atau pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok.
Istilah kelompok pun memiliki makna yang bermacam-macam.  Horton dan Hunt paling tidak mengemukakan empat macam pengertian kelompok. Pertama, kelompok sebagai setiap kumpulan manusia secara fisik, misalnya sekelompok orang yang sedang menunggu [bus, lampu hijau traffic light menyala, dibukanya loket, dan sebagainya]. Dalam pengertian demikian, kelompok itu tidak memiliki ikatan kebersamaan apa-apa, kecuali jarak fisik yang dekat. Banyak ahli sosiologi menyebut kumpulan yang demikian sebagai agregasi atau kolektivitas.
Pengertian yang kedua, kelompok adalah sejumlah orang yang memiliki persamaan ciri-ciri tertentu. Misalnya kaum pria, kaum lanjut usia, anak-anak balita, para jutawan, para perokok, pengguna facebook, dan sebagainya. Istilah yang tepat –menurut Horton dan Hunt—untuk yang demikian ini sebenarnya adalah kategori saja, bukan kelompok.
Pengertian ketiga, kelompok merupakan sejumlah orang yang memiliki pola interaksi yang terorganisasi dan terjadi secara berulang-ulang. Batasan ini tidak mencakup segenap pertemuan yang terjadi secara kebetulan dan bersifat sementara, misalnya antrean orang-orang yang membeli tiket menonton pertandingan sepak bola atau pertunjukan musik.
Termasuk dalam pengertian yang ketiga ini adalah keluarga, klik persahabatan, klub sepakbola, organisasi remaja masjid, organisasi pemuda gereja, dan sebagainya.
Pengertian keempat (Horton dan Hunt cenderung menggunakan ini), kelompok adalah setiap kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Dengan menggunakan definisi ini, maka dua orang atau lebih yang berada di suatu tempat dan sedang menunggu bus tidak dapat disebut sebagai kelompok. Namun, jika mereka kemudian mengadakan percakapan, atau interaksi dalam bentuk apapun, termasuk berkelahi, maka kumpulan orang itu berubah menjadi kelompok.
Sebuah ilustrasi.
Sebuah bus yang penuh dengan penumpang; apakah menjadikan kumpulan penumpang dalam bus tersebut sebagai kelompok? Bayangkan apabila kemudian para penumpang bus itu mengalami ancaman, misalnya ada seorang pembajak di antaranya? Atau kemudian di antara pemuda dan pemudi yang merupakan bagian dari penumpang itu mulai saling tertarik dan kemudian berinteraksi? Renungkan, mungkinkah orang-orang dalam bus itu akhirnya menjadi kelompok?
Kriteria Kelompok
Robert Biersted seperti dikutip oleh Kamanto Soenarto dalam bukunya Pengantar Sosiologi, mengemukakan tiga kriteria untuk menganalisis kelompok, pertama: (1) ada atau tidaknya kesadaran bahwa mereka memiliki jenis atau karakteristik yang sama, (2) ada atau tidaknya interaksi di antara orang-orang di dalamnya, dan (3) ada atau tidaknya organisasi atau ketentuan-ketentuan formal yang mengatur aktivitas-aktivitas dalam kelompok, misalnya tentang rekruitmen anggota, dan proses-proses yang lainnya.
Berdasarkan analisis menggunakan tiga kriteria tersebut dalam masyarakat dikenal beberapa jenis atau macam kelompok, yaitu: (1) asosiasi, (2) kelompok sosial, (3) kelompok kemasyarakatan, dan (4) kelompok statisik.
Asosiasi
Asosiasi merupakan kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu asosiasi atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan organisasi.
Kelompok sosial (Social Groups)
Kelompok yang para anggotanya memiliki kesadaran akan kesamaan jenis serta hubungan sosial di antara warganya, tetapi tidak mengenal organisasi, oleh Biersted disebut sebagai kelompok sosial.
kelompok kemasyarakatan (Societal Groups)
Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang berisi orang-orang yang memiliki kesadaran jenis saja, tidak ada hubungan sosial di antara orang-orang tersebut maupun organisasi, disebut sebagai kelompok kemasyarakatan (societal groups).
Misalnya kelompok laki-laki, kelompok perempuan. Orang sadar sebagai “sesama laki-laki” atau “sesama perempuan”, namun tidak ada organisasi ataupun komunikasi di antara mereka.
Kelompok statistik
Bentuk terakhir dari kelompok adalah kategori atau kelompok statistik, yaitu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga kriteria kelompok menurut Biersted. Sebenarnya kelompok statistik bukanlah “kelompok”, sebab tidak memiliki tiga ciri tersebut. Kelompok statistik hanyalah orang-orang yang memiliki kategori statistik sama, misalnya kelompok umur (0-5 tahun, 6-10 tahun, dst.) yang dipakai dalam data penduduk Biro Pusat Statistik. Dalam kelompok ini sama sekali tidak ada organisasi, tidak ada hubungan antar-anggota, dan tidak ada kesadararan jenis.
Macam-macam Kelompok
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, agaknya dapat diambil beberapa poin penting sebagai syarat-syarat suatu pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok, yaitu (1) Setiap individu harus merupakan bagian dari kesatuan sosial, (2) terdapat hubungan timbal-balik di antara individu-individu yang tergabung dalam kelompok, (3) adanya faktor-faktor yang sama dan dapat memperat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok, seperti nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, tempat tinggal yang sama, dan sebagainya, (4) memiliki struktur atau kaidah, sehingga memiliki pola yang teratur tentang perilaku, dan (5) bersistem dan berproses.
Kelompok yang paling sederhana mungkin adalah keluarga. Atau mungkin sebuah dyadic group (kelompok diadik/duaan), misalnya orang yang berpacaran. Keluarga ataupun berpacaran merupakan kelompok yang hampir setiap orang memiliki atau mengalaminya. Dalam kelompok yang disebut keluarga, atau orang yang berpacaran, kelima syarat tersebut dapat ditemukan.
Macam kelompok dalam keluarga, mulai dari keluarga inti/batih, keluarga luas: bisa trah dalam masyarakat bilateral (menganut perhitungan garis keturunan dari ayah dan ibu), atau klen (semacam trah dalam masyarakat yang menganut sistem unilineal, patrilineal atau matrileneal, kadang disebut marga).  Untuk keluarga inti atau batih, pada umumnya masih dapat memenuhi lima syarat tersebut, tetapi kalau keluarga luas, trah atau klen/marga, dapat jadi sudah sekedar memiliki ciri yang sama, yang terkadang juga tidak disadari.
Sebelum lebih lebih lanjut tentang macam-macam kelompok, berikut ini akan dikemukakan beberapa dasar pembentukan kelompok, yaitu (1)  teritorial: misalnya komunitas/masyarakat setempat: RT/RW. Desa, Kab/Kota, Provinsi, dan Negara Bagian, Negara), (2) hubungan darah/keturunan (geneaologis): misalnya keluarga inti, keluarga luas/trah, klan/marga, dan sebagainya, dan (3)  kepentingan atau dapat juga (4) minat, perhatian, keyakinan, atau ideologi yang sama (semuanya dapat disbeut sebagai interest):  sekolah, kelompok arisan, kelompok profesi, kelompok politik, ekonomi, pemerhati budaya, dan sebagainya.
Klasifikasi Merton
Robert  K. Merton menjelaskan kelompok sebagai a number of people who interact with another in accord with established patterns (sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan).  Kelompok tidak sama dengan kolektiva (collectivities), yaitu sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan peran yang diharapkan. —Kelompok tidak sama dengan kategori sosial (social categories), himpunan peran yang mempunyai ciri sama, misalnya jenis kelamin atau usia. Dalam kategori sosial tidak terdapat interaksi.
Klasifikasi Emmile Durkheim
Durkheim membedakan antara kelompok yang menganut solidaritas mekanik dan kelompok yang menganut solidaritas organik. —  Solidaritas mekanik merupakan ciri pada masyarakat yang masih sederhana di mana masing-masing anggota dapat menjalankan peran yang dilakukan oleh orang lain (difusseness: bersifat umum dan serba meliputi), sehingga tidak ada spesialisasi atau pembagian kerja. —  Solidaritas organik merupakan ciri pada masyarakat modern/industri/kota/kompleks di mana masing-masing anggota memiliki fungsi dan peran yang khusus dalam hal tertentu saja. Dalam solidaritas organik terdapat kesalingtergantungan antar-bagian/anggota dalam kelompok.
Klasifikasi Ferdinan Tönnies
Tönnies membedakan antara “Gemeinschaft” dengan Gesellschaft”. Gemeinschaft merupakan — hubungan-hubungan yang  all intimate, private, and exclusive living together … is understood as life in Gemainschaft (community). Terdapat 3 macam Gemainschaft: (1) by blood, (2) of place, dan (3) of mind.
Gesselschaft (society) is public life, bersifat sementara (kontraktual), berdasarkan kepentingan tertentu, dan bersifat semu.
Tönnies juga menggunakan istilah kelompok mekanik dan organik, tetapi dengan makna yang berbeda dari Durkheim. Bagi Tönnies , gemainschat mrpakan kelompok organik, sedangkan gesselschaft merupakan kelompok mekanik.
Klasifikasi Charles Horton Colley
Colley menjelaskan tentang primary group (kelompok primer), yaitu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama face to face (tatap muka) yang intim (menjamin kesejahteraan emosional). Contohnya: keluarga, teman bermain pada anak kecil,  geng, rukun warga serta komunitas pada orang dewasa.
Kondisi fisik kelompok primer: (1) tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggotanya secara fisik harus berdekatan, (2) jumlah anggotanya harus kecil, sehingga mereka dapat saling kenal dan saling tatapmuka, (3) hubungan di antara anggota-anggotanya relatif permanen.
Sifat-sifat hubungan primer: (1) kesamaan tujuan, masing-masing anggota mempunyai tujuan dan sikap yang sama, sehingga masing-masing rela berkorban untuk kepentingan anggota kelompok lainnya, (2) hubungan primer bersifat sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan merasa tidak ada tekanan-tekanan melainkan kebebasan, (3) hubungan primer melekat pada kepribadian orang, sehingga tidak dapat digantikan oleh yang lain, dan hubungan berlangsung di segenap aspek kepribadian, termasuk perasaan.
Kelompok sekunder lebih besar daripada kelompok primer, lebih  bersifat anonim, lebih formal, dan lebih tidak mempribadi (personal). —  Pada umumya didasarkan pada kepentingan, dan berinteraksi atas dasar status sepesifik, misalnya  kelompok berdasarkan profesi, partai politik, organisasi siswa, organisasi mahasiswa, dll. Berbagai cara orang memperoleh pendidikan, mencari nafkah, dan menggunakan uang atau waktu luang cenderung melibatkan kelompok sekunder.
Walaupun demikian,  kelompok primer juga sering dijumpai dalam kelompok sekunder. Meskipun kelompok sekunder penting bagi kehidupan masa kini kita, tetapi kelompok sekunder sering gagal dalam memberikan kesejahteraan emosional (terkait kebutuhan akan ikatan-ikatan intim/perasaan).  Oleh karena itu, kelompok sekunder cenderung terbagi-bagi ke dalam kelompok primer. Maka: di sekolah dan di tempat kerja orang-orang menjalin persahabatan.
Klasifikasi Sumner: ingroup dan outgroup
Sumner menyatakan bahwa di antara anggota INGROUP dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian.  Istilah lain: fraksi intern, qliques/klik. Sedangkan terhadap OUTGROUP dijumpai adanya  antogonisme, berupa kebencian, permusuhan, bahkan perampokan, pembunuhan, ataupun perang.
Robert K Merton: kelompok membership dan reference.
Membership group:  merupakan kelompok di mana seseorang secara fifik tercatat sebagai anggota. Reference group/ kelompok acuan  merupakan kelompok yang menjadi ukuran (acuan) bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan perilakuannya. —  Seorang anggota partai politik tertentu yang  perolehan suara dalam pemilu memenuhi untuk menjadi anggota DPR, akhirnya menjadi anggota DPR. Secara fisik ia tercatat sebagai anggota DPR, sehingga DPR merupakan membership group baginya. Tetapi rujukan perilaku, bahkan jiwa dan pikirannya tetap terikat oleh partai, maka PARPOL di mana ia berasal merupakan reference group baginya.
Robert K Merton, membedakan dua macam reference group (1) tipe normatif (normative), dan (2) tipe perbadingan (comparison).  Tipe normatif merupakan sumber nilai, dan tipe perbandingan merupakan rujukan untuk memberikan status kepada seseorang/kelompok.
Klasifikasi Weber: Kelompok formal dan informal
Pembagian kelompok yang lain adalah KELOMPOK INFORMAL dan FORMAL.  Suatu gejala yang menarik adalah adanya keterkaitan antara KELOMPOK FORMAL dengan INFORMAL, bahwa dalam KELOMPOK FORMAL dapat terbentuk KELOMPOK INFORMAL, dan nilai serta aturan kelompok informal dapat bertentangan dengan kelompok formal.
Kelompok Tidak Teratur
Beberapa kelompok tidak teratur dapat disebut di sini: kerumunan (crowd), massa, dan public. Beberapa yang lain mungkin jejaring sosial (social networks).
1) Kerumunan
  • Ukuran utama kerumunan adalah kehadiran orang secara fisik (berkumpul pada range sejauh mata melihat dan telinga mendengar)
  • Tidak terorganisasi, tetapi dapat mempunyai pemimpin
  • Identitas seseorang tenggelam dalam kerumunan
  • Sifatnya spontan dan sementara, kerumunan akan bubar dengan perginya orang-orang dari kerumunan
  • Tidak memiliki alat pengendalian sosial, norma yang berlaku besifat permukan
Tipe-tipe kerumunan
a)      Khalayak penonton (pendengar formal/formal audience)
Kerumunan demikian mempunyai perhatian dan tujuan yang sama, misalnya penonton bioskop, pengunjung khotbah agama, dsb.
b)     Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)
Kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan sama tetapi pusat perhatiannya berbeda-beda, misalnya kerumunan orang-orang yang berpesta
c)      Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)
Dalam kerumunan semacam ini kehadiran orang lain merupakan halangan bagi seseorang dalam mencapai tujuan. Misalnya: antre tiket, kerumunan penumpang bus, dst.
d)     Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)
Ialah kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang menghindari bencana/ancaman. Misalnya pengungsi
e)      Kerumunan penonton (spectator crowd)
Yaitu kerumunan orang-orang yang ingin melihat sesuatu atau peristiwa tertentu.  Kerumunan semacam ini hampir sama dengan formal audience, tetapi tidak terencana
f)       Lawless crowd
Yaitu kerumunan orang-orang yang berlawanan dengan hukum, misalnya: acting mobs, yakni kerumunan orang-orang yang bermaksud mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik. Contoh lain: immoral crowd, seperti formal audience, tetapi bersifat menyimpang.
2) Massa
—  Massa merupakan kelompok tidak teratur yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan kerumunan, tetapi terbentuknya disengaja atau direncanakan dengan persiapan (tidak spontan)
—  Misalnya aksi protes/demontrasi, orang-orang yang mengikuti kegiatan tertentu, seperti sepeda gembira
3)  Publik
  • Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
  • Interaksi terjadi tidak langsung melainkan melalui alat-alat komunikasi, seperti radio, televisi, internet, film, dsb.
  • Alat-alat komunikasi menjadikan publik sebagai kelompok semu yang sangat besar, meskipun  tidak merupakan kesatuan
  • Dasar ikatan publik dapat berupa  nilai-nilai sosial atau tradisi tertentu
4) Jejaring social (social networks)
Jika Anda adalah anggota dari sebuah kelompok besar, mungkin akan menjalin hubungan yang teratur dengan “beberapa orang “ dari kelompok tersebut. —  Kaitan antara orang-orang dengan orang-orang dalam klik mereka, keluarga, teman, kenalan, termasuk juga “temannya teman”, dalam studi sosiologi disebut social networks (jejaring sosial). —  Suatu jejaring sosial dapat dibayangkan dengan garis-garis yang menjulur keluar dari diri Anda, yang secara bertahap semakin mencakup banyak orang
—Para perwira intelejen AS menggunakan analisis social networks untuk penangkapan Sadam Hussein. —  Perwira-perwira itu menyusun  “people map”, dengan foto SH di pusat sasaran dan foto-foto orang dekat SH di sekitarnya, ada yang di lingkaran dalam  (intim) dan luar. —  Informasi keberadaan SH diperoleh dari orang-orang yang berada di luar lingkaran intim, karena orang-orang di dalam lingkaran intim akan menyimpan rahasia
Komunitas = Masyarakat Setempat
  • Merupakan bagian masyarakat yang tinggal pada suatu wilayah (geografik) dengan batas-batas tertentu dengan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota-anggotanya daripada interaksi mereka dengan orang-orang dari luar wilayah (Robert mciver dan Charles Horton Page)
  • Dasar:  (1) Lokalitas: satuan wilayah (geografik), (2) Community sentiment: perasaan saling dekat engan orang-orang yang sekomunitas
  • Unsur-unsur community sentiment:  (1) seperasaaan, unsur ini muncul akibat dari warga komunitas mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang yang ada di dalam komunitas, sehingga muncul kelompok kami dan perasaan kami yang pada giliran berikutnya memunculkan altruisme, kepentingan-kepentingan diri diselaraskan dengan kepentingan komunitas), (2) SEPENANGGUNGAN, setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok, dan (3) SALING MEMERLUKAN, individu satu memerlukan individu lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
  • Penggunaan istilah komunitas dalam masyarakat berkembang menjadi tidak hanya untuk satuan sosial dengan  kategori utama kesatuan wilayah, tetapi juga kesukaan (hobi), minat dan perhatian yang sama, dll. Faktor utamanya: hubungan yang lebih dekat/interaksi yang lebih besar di antara para anggota-anggotanya
Terakhir akan disampaikan tekanan pengertian tentang kelompok formal atau asosiasi, agar para siswa mudah membedakannya dengan kelompok sosial.

Kelompok Sosial

Perkumpulan (asosiasi)
Kelompok primer Perkumpulan sekunder
Gemainschaft Gesellschaft
Hubungan familistik Hubungan kontraktual
Dasar organisasi adat Dasar organisasi buatan
Pimpinan berdasarkan kewibawaan/charisma Pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum
Hubungan berasas perorangan Hubungan berasas guna/kepentingan dan anonim
Robert M.Z. Lawang mengemukakan ciri-ciri organisasi formal (asosiasi) sebagai berikut:
(1) bersifat persistent (tetap/terus menerus),
(2) memiliki identitas kolektif yang tegas,
(3) memiliki daftar anggota yang rinci,
(4) memiliki program kegiatan yang terus menerus, dan
(5) memiliki prosedur keanggotaan.
Demikianlah, tulisan ini merupakan bahan ajar untuk kajian tentang kelompok dalam konteks pembahasan lebih luas yaitu masyarakat multikultural. Semoga dapat membantu para siswa untuk mempelajari kelompok.
Rujukan:
Agus Santosa. 2010. Seri Bimbingan Belajar: Sukses Ujian Sosiologi. Bogor: PT Yudhistira
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Horton, Paul B, dan Hunt Chester L. 1984. Sosiologi Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (Ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Group.
Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Yasayan penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi 1987. Jakarta: Rajawali Pers.


Sumber : agsasman3yk.wordpress.com 

1 komentar:

  1. Wah keren sekali tulisannya, aku suka. Kamu hobi baca buku? Butuh rekomendasi novel menarik.

    Baca dulu ulasan dari MantuIdaman Blog berikut

    - Alias Harga Untuk Sebuah Kematian
    - Antologi Fiksi Suker
    - Kau Begitu Sempurna
    - Novel MR Innocent

    Salam hangat, dari
    Latifah

    BalasHapus